JODOH UNTUK ARROYA (Part 2)

Pertanyaan Karissa masih terngiang. Perasaan ingin menjawab pertanyaan itu masih menggelayuti pikiran. Akhirnya kuputuskan untuk menuliskan jawabannya di selembar kertas.


Karissa yang terhormat

Umat muslim dilarang mengucapkan salam kepada umat non muslim karena merupakan perintah di dalam kitab kami, Al Quran. QS. At-Taubah : 113

Rasul kami pun memberi pernyataan yang sama. Berikut petikan hadistnya:

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu memulai (memberi) salam kepada orang Yahudi dan Nasrani”. (HR. Muslim).

Karena salam dalam agama kami adalah doa keselamatan dan keberkahan. Maka sepantasnya hanya diucapkan kepada sesama muslim. Dan tidak diperbolehkan mengucapkan untuk kaum non muslim.

Semoga berkenan atas jawaban ini.
Tertanda. Roy.


Kulipat menjadi lipatan kecil yang siap kuselipkan di buku Karissa saat di kelas nanti.

Tapi nyatanya lipatan kecil itu tidak sampai pada Karissa. Hari dimana aku akan menyampaikan lipatan kecil itu, tiba-tiba aku terserang demam dan sakit kepala. Jangankan ke kampus, bangun dari tempat tidur saja aku tak mampu. Beberapa hari yang lalu badanku memang sudah terasa kurang sehat. Tapi kupaksakan tetap beraktivitas karena sedang banyak pesanan dan tugas kuliah yang datang silih berganti. Hari itu akhirnya aku hanya terbaring di dipan kamar seharian dengan tubuh menggigil dan sakit kepala yang hebat. Deringan telepon dan nada pendek pertanda pesan yang masuk ke ponselku, kuabaikan.

Hari kedua, badanku masih demam tapi sakit kepalaku mulai reda. Hanya saja hari ini kerongkonganku mulai memberi sinyal kurang bagus. Aku kesulitan menelan. Mungkin panas dalam yang akan berujung pada flu dan batuk.

Hari ketiga dan keempat demamku mulai mereda. Dokter Rio yang sempat kukunjungi bilang aku kena radang tenggorokan. Ia bilang aku harus istirahat dan makan teratur. Ia tak memberiku resep obat, hanya resep suplemen jika dibutuhkan. Itu pun tak kutebus. Aku memang harus istirahat untuk beberapa hari. Sambil istirahat, kulantunkan dzikir sebisaku dan tanganku tetap bergerak merampungkan cerpen dan mengecek toko online lewat laptop. Sakit kepala dan demam yang sudah mereda membuat hasrat ingin beraktivitas kembali lagi. Tapi apa daya, ibu melarangku kemana-mana. Melihat-lihat dapur produksi pun tidak boleh. Padahal tempatnya berada di sebelah rumah.

Sore hari, di hari kelima, aku terjaga dengan tubuh lebih bugar. Alhamdulillah, kerongkonganku juga terasa lebih baik. Hanya saja masih serak dan batuk karena gatal. Aku mengecek ponsel. Ada puluhan pesan singkat yang masuk. Maklum, terakhir menyentuh ponsel adalah tiga hari yang lalu untuk mengabarkan pada Jaka kalau aku sakit. Di baris ke sepuluh ada nama Karissa yang muncul. Kubuka pesan darinya.

Karissa : butuh referensi buku lagi. Tp kayaknya gak mungkin di perpus kampus. Ada referensi tempat gak? 5d

Karissa : royaaa... sakit? :( cepet sembuh ya 3d

Karissa : roy tugas kelompok lagi nih. Cpt sembuh ya. Masa aku ngerjain tugas sendiri sih.. 1d

Aku tersenyum membaca pesan yang terakhir. Terasa ada angin segar yang menerpa hatiku. Wajahku mungkin saat ini bersemu atau bibirku tersungging senyum yang lebih lebar dari biasanya. Tapi... ya Allah, kenapa rasanya seperti ini? Rasanya ingin menyudahi sesi istirahat ini dan kembali ke kampus.

Astaghfirullahaladziim

Cepat-cepat kuucap istighfar berkali-kali. Kuusap wajahku. Kusimpan kembali ponsel di dalam laci. Jantungku berdegup kencang. Aku bergerak meninggalkan kamar sambil menyambar handuk lalu masuk ke kamar mandi.

Malamnya kulantunkan ayat-ayatNya sambil duduk bersandar di tepi kasur. Sekalian muraja'ah hafalan. Dengan suara serak kubiarkan kamar dipenuhi ayat-ayat Allah yang pasti bisa menentramkan perasaanku.

Bayangan Karissa sempat menghilang. Tapi tak lama muncul kembali, membuat hatiku berdesir. Apa yang salah denganku? Kenapa sebegitu dalam aku mengagumi seorang Karissa? Ia seorang Nasrani adalah kenyataan. Bukan mimpi atau bualan. Tapi aku mengagumi seorang gadis bukan dengan alasan yang dangkal. Bukan hanya karena ia cantik dan menyenangkan, ia juga santun, ramah, sabar, memiliki solidaritas tinggi, suka membantu kesulitan orang lain, dan itu semua dibatasi dinding yang kuat bernama agama. Aku tak bisa memungkirinya. Mau dilihat dari sisi manapun aku dan dia berbeda.

Akhir semester ini ada kesempatan untuk membatasi pertemuanku dengan Karissa. Rasanya aku ingin berhenti menjadi orang bodoh yang harus berlarut-larut dengan situasi ini. Aku harus berhenti mendengar hasutan-hasutan syaitan. Semua sudah jelas tertera dalam agama, dalam kitab suci, dan dalam contoh perilaku Nabi. Apa yang harus kuragukan?

Setelah rampung ujian akhir semester dan lulus di semua mata kuliah, kami sudah mulai mengadakan penelitian individu. Ada juga yang mulai mengajukan proposal skripsi. Semua tak lagi dilakukan secara kelompok, semua harus dikerjakan masing-masing. Termasuk aku dan Karissa. Kami lulus di semua mata kuliah dengan nilai yang baik. Aku bersyukur semua berjalan dengan lancar.

Aku menyibukkan diri dengan mengambil mata kuliah di semester pendek. Mengikuti kajian di berbagai kesempatan, mengembangkan bisnis di sela-sela aktivitas kuliah, dan menghabiskan sisa waktu dengan muraja'ah hafalan Al Quran. Tidak ada waktu yang tersisa untuk mengingat gadis berlesung pipit itu. Setiap malam aku meminta padaNya agar membuat hatiku menumpulkan kekaguman pada Karissa. Perlahan-lahan aku harus bisa mengabaikan perasaan itu.

Intensitas pertemuanku dengan Karissa sudah berkurang karena tempat penelitian yang berbeda. Kami bahkan hanya saling sapa satu atau dua kali dalam satu bulan. Aku tidak tahu persis aktivitas seperti apa yang sedang ia kerjakan sekarang. Ia juga tak pernah mengirim pesan lagi. Kadang juga saat tak sengaja bertemu, ia menundukkan pandangan lebih dahulu. Terlihat buru-buru lewat dan hanya tersenyum tipis.

Situasi seperti ini terasa lebih baik bagiku. Tak ada geliat jantung yang berdetak berlebihan. Atau pikiran yang melayang entah kemana karena memikirkan Karissa. Atau juga perasaan senang berlebihan kala membayangkan sosok gadis itu. Tapi sejak akhir semester lalu ada hal yang tidak kusadari dari diri Karissa. Sesuatu yang seharusnya kuketahui lebih awal.

Bersambung...

Komentar

  1. Jiah, lagi asik2nya malah bersambung... Duh...
    Apa yang akan terjadi selanjutnya? Semoga besok sudah ada sambungannya...

    BalasHapus
  2. Bagus ceritanya....
    Apakah jodonya nanti namanya Liwa ? :D

    BalasHapus
  3. penasaran, skr boleh gak lanjutanya??

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI BUKU: HUJAN MERAH JAMBU

Ari-Ari Lengket

TIPS JADI JUTAWAN DARI DESAIN GRAFIS