Postingan

Menampilkan postingan dari Desember 31, 2017

SEKELUMIT CERITA DENGAN GENG FIKSI

Berkumpul dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama dengan kita adalah hal yang menyenangkan. Seperti komunitas ODOP (One Day One Post) Batch 4 grup fiksi yang sedang saya geluti. Sosok teman-teman yang memiliki minat menulis membuat saya belajar banyak tentang dunia kepenulisan. Yang spesial selalu ada tantangan agar kami terus menulis. Tidak peduli sedang sibuk, tak ada inspirasi, atau malas, kami harus menulis. Dipecut dan digembleng agar menulis menjadi suatu habit yang rasanya sayang jika dilewatkan. Teman-teman geng fiksi ini rupanya juga memiliki minat terhadap jenis cerita fiksi yang berbeda. Setelah BW alias blog walking (istilah untuk aktivitas ngepoin blog orang lain) ke alamat blog teman-teman, saya jadi tahu kalau di antara mereka ada yang lebih dominan menulis kisah horor, percintaan, science fiction, drama rumah tangga, prosa liris, puisi, dan lainnya. Tulisan-tulisan mereka sedikit banyak saya gunakan sebagai bahan untuk mempelajari jenis tulisan lain di luar

IDE 'GILA' ATAS NAMA KASIH SAYANG

Berita siang tadi di televisi bikin merinding. Headline-nya kira-kira begini: seorang ibu tega menyekap anak kandungnya sendiri di dalam rumah. Menurut berita tersebut si ibu dan anak-anaknya sudah satu tahun tidak bergaul dengan tetangga dan orang-orang sekitar rumah. Mirisnya, sang ibu tega menutup jendela dan pintu dengan kayu. Sehingga tidak ada celah untuk kabur. Dengan kondisi tersebut, tidak ada udara dan cahaya yang masuk, membuat rumah terasa pengap dan kotor. Setelah dibebaskan, anak-anaknya tidak serta merta bahagia. Mereka Masih merasa trauma dan stres karena dikurung selama satu tahun. Menurut berita, mereka sedang dalam masa pemulihan. Sedangkan ibunya langsung dirawat di sebuah rumah sakit jiwa untuk ditangani lebih lanjut. Lalu apa sebabnya? Pasalnya ibu tersebut merasa cemas dan khawatir jika anak-anaknya menjadi korban perkosaan. Apa anggapan kalian? Si ibu tega? Saya setuju. Si ibu lebay? Hmmm... Ya mungkin. Si ibu sudah tak waras? Bisa jadi. Ada ya

SI KECIL

Aku tak suka gadis kecil di hadapanku. Kecil di sini bermakna yang sebenarnya. Ia gadis kecil yang bertubuh kecil: pendek, kurus, dan semua ukuran tubuhnya mungil. Sangat berbeda dengan kawan-kawan sebayanya. Gadis kecil itu menghadangku di bangsal kelas tiga. Dia mencariku dengan tatapan ingin menerkam. "Mana yang namanya Basayev?" Serunya dengan lantang. Aku pasang badan. Bersiap untuk kemungkinan terburuk kalau-kalau diserang secara fisik oleh gadis kecil berwajah bulat tersebut. "Kamu ketua OSISnya?" Gadis itu bertanya angkuh. "Ya. Ada apa, nih?" Aku berusaha tak terpancing emosi. Melihat badge di lengan kirinya, ia adalah anak baru. Sedang masa pengenalan. Ia cukup berani untuk ukuran tubuhnya yang mungil, di tambah ia adalah siswa kelas junior di sekolah ini. "Tanggung jawab. Ada orang yang ngaku pengurus ngasih hukuman fisik berlebihan sama teman sekelas saya." Nada bicaranya lebih pelan. Aku mengerutkan dahi, hukuman fisik?

WANITA-WANITA TAK BERSERAGAM

Wanita-wanita tak berseragam berdiri gagah di perbatasan. Menggenggam doa dalam naungan. Siap menghantam musuh sialan. "Apa susahnya menyerah?" Musuh berteriak marah. Wanita-wanita tak berseragam berdiri gagah di baris pertahanan. Dengan lantang pantang pulang. Biar gugur dalam perang, menyusul suami-suami yang telah berpulang. Mereka tak pernah rela tanahnya dijajah, direbut. Bahkan jika hanya satu jengkal, mereka rela syahid. "ALLAHU AKBAR!" Mereka memekik takbir tak habis-habis. Tanah tandus menjadi saksi intimnya hidup dan mati. Wanita-wanita tak berseragam yang rela menghempas kecantikan dunia. Membela negri dengan tangannya, meski peluru menembus kulit atau merobek jantungnya.

MENANTI KAPAL BESAR HITC

Dermaga Selatan masih disibukkan dengan kegiatan pengangkutan komoditas makanan kering. Matahari terik menyengat kulit para tukang angkut dermaga. Membuat mata menyipit karena silau. Barisan tukang angkut sepanjang lima belas meter ke arah kapal besar bergegas-gegas memindahkan karung goni sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan upah lebih banyak. Kadang saling sikut untuk menangkap karung-karung yang diturunkan dari truk. "Dasar lambat!" Gertak seorang pria berkumis lebat. Yang digertak, pria berbadan kurus, hanya mengeluh pelan sambil menepuk pundaknya yang disenggol oleh pria berkumis. Si pria berkumis mengangkut dua buah karung dari truk dengan langkah pongah. Langkahnya membuat debu di sekitar berterbangan. "Tidak perlu diambil hati, Sobat," seseorang menepuk pundak si pria kurus. Sobat ternyum tipis. Seharusnya Ger menyimpan kalimat simpati untuk dirinya sendiri. Ia bahkan lebih kurus dan tidak punya gigi depan sejak terjatuh di geladak kapal karena men

TERBAHAGIA DI 2017

Setiap tahun selalu ada hal menggembirakan yang kita dapatkan tanpa diduga. Seperti kunjungan ke kota angin di Jawa Timur dalam rangka menghadiri pernikahan sepupu sekaligus bertemu nenek saya di sana. Yang membuat kunjungan tersebut istimewa adalah keluarga saya dapat berkumpul secara lengkap dalam perjalanan tersebut. Delapan orang dewasa, dua anak-anak, dan dua bayi, personel lengkap keluarga dari pihak saya. Alhamdulillah semua berjalan baik dan lancar hingga kami kembali pulang. Juga perjalanan kami ke kota mpek-mpek yang membuat saya punya pengalaman terbang dengan burung besi untuk pertama kalinya. Merasakan tinggal di rumah panggung meski hanya dua malam, menjejakkan kaki di Jembatan Ampera, menikmati sarapan dengan penganan khas sambil memandangi ayam-ayam peliharaan paman dari atas rumah. Tidak lupa berkunjung ke pelosok Palembang yang sangat memanjakan mata. Yang paling mengesankan ialah ketika hari ke dua di Palembang, THK sudah lancar berjalan. Sudah tidak titah lagi.