Postingan

Menampilkan postingan dari November 12, 2017

RAHASIA (EPS. 3)

Setelah memakan Pie Apel, Choco Lava, dan Banana Sponge dari toko kue di seberang, wanita itu pulang lebih cepat dari biasanya. Matanya sembap, dan hidungnya merah. Aku menggratiskan makanan dan minumannya hari itu. Sebelum pulang ia mendatangiku. Sambil menjabat tanganku, "terima kasih, ...?" Wanita itu mencari sebutan yang pas untukku. "Sora, panggil aku Sora," selaku sembarangan. Wanita itu tersenyum, "terima kasih, Sora," ulangnya. "Sama-sama," jawabku ikut tersenyum. Wanita itu melangkah keluar. Meski masih penuh rahasia, setidaknya hari itu mungkin saja menjadi hari spesial baginya karena sudah di traktir oleh orang yang baru ia ketahui namanya saat makanan dan minumannya sudah habis. *** Pendar cahaya lampu sempurna menyala pukul lima sore. Kafe dipenuhi karyawan-karyawan kantor yang baru pulang kerja. Sebagian memilih mampir ke sini untuk menunggu jalanan lebih lengang. Merebahkan diri di atas kursi sofa yang terpasang di

RAHASIA (EPS. 2)

Aku sudah duduk di kursi pengawas. Karyawanku menyebutnya 'kursi Ibu' karena hanya aku yang duduk di sana. Dari tempatku duduk, aku bisa menyapa pelanggan yang baru masuk dan mengawasi setiap sudut kafe. Biasanya di sana aku memperhatikan kinerja karyawan dan tingkah para pelanggan. Termasuk pelanggan wanita yang tidak pernah absen duduk di meja nomor tiga selama tiga bulan ini. Tepat pukul dua siang, mataku menangkap tubuh langsing berjalan memasuki area teras kafe. Segera kutahan gerakan Lim yang akan menunaikan tugas, mencatat order menu wanita itu. Dengan sedikit komando, buku menu, buku catatan dan pulpen di tangan Lim sudah berpindah padaku. Aku mendekat ke meja nomor tiga. "Selamat siang, udara cukup panas, apakah Anda mau pindah ke dalam?" Sapaku dengan antusias. Wanita itu menggeleng sambil menerima buku menu yang kusodorkan. Hanya lima detik, ia sudah menyerahkan kembali buku tipis itu padaku. "Mau pesan apa?" Tanyaku lagi. "Menu nomo

RAHASIA (EPS. 1)

Seorang wanita muda dengan wajah polos tanpa make up hampir setiap hari mampir ke kafe. Ia datang setiap sore, antara pukul dua siang sampai lima sore. Memilih duduk di bangku teras nomor tiga. Menu yang dipesannya tidak tentu. Setelah diteliti sejak satu bulan lalu, wanita itu sudah mencoba semua menu makanan dan minuman yang kami miliki. Itu artinya ia tidak memiliki menu favorit di kafe ini. Wanita itu selalu sendiri. Ia tak pernah membawa teman, pasangan, atau keluarga saat datang ke kafe ini. Di tempat duduknya, ia selalu memandang ke arah toko kue kecil di seberang jalan. Entah apa yang ia lihat dan perhatikan di sana. Awalnya kukira ia sedang memata-matai seseorang atau sesuatu. Tapi, sepertinya ada hal lain yang lebih penting baginya. Sudah genap tiga bulan ia melakukan hal yang sama. Seolah mengunjungi kafe, duduk di meja nomor tiga kemudian pulang setelah lebih dari dua jam memandangi toko kue kecil di seberang jalan, adalah ritual yang tidak boleh dilewatkannya. Kadang

SERBA-SERBI SENAM HAMIL

Kalau pada umumnya, orang dengan kondisi sehat bisa melakukan senam untuk menjaga kebugaran tubuh, ternyata ibu hamil juga punya senam khusus, lho. Namanya senam hamil. Sudah pernah mendengar atau bahkan pernah melakukannya? Senam hamil tentu hanya dilakukan oleh wanita yang sedang hamil. Tapi tidak semua usia kehamilan boleh melakukan senam ini. Ibu-ibu yang diperbolehkan melakukan senam ialah yang usia kandungannya telah memasuki tujuh sampai sembilan bulan. Itu pun dengan kondisi tubuh yang sehat dan tidak terdapat kelainan pada janin. Jika senam hamil dilakukan saat usia kandungan masih dalam trimester satu atau dua malah akan membahayakan kandungan. Akibatnya adalah perut terasa nyeri sampai resiko pendarahan. Pasalnya, gerakan-gerakan senam hamil bertujuan untuk membantu memudahkan kelahiran bayi. Jadi, jangan coba-coba melakukan senam hamil di usia kandungan ini, ya. Senam hamil dapat dilakukan dua atau tiga kali seminggu. Manfaatnya untuk melenturkan otot-otot sekitar jal

TEMPAT KEMBALI

Jejak basah para peziarah Menjadi pemandangan rindu tanah ini Tangis-tangis yang pecah menjadi hal umum Lalu semburat cahaya sendu selalu memandu Rumput hijau tumbuh sesuka hati Pertanda tanah subur penuh humus Jasad renik menjelma pupuk alami Tempat kembali makhluk-makhluk Pohon besar yang teduh Menaungi jasad-jasad mati Seperti kehidupan yang selalu patuh Akan putusan usia dari Ilahi