Postingan

Menampilkan postingan dari Desember 24, 2017

RESOLUSI KAMI 2018

2017 hampir berlalu. Kalian boleh bersorak menyambut tahun selanjutnya, dan kembali menghadapi kenyataan bahwa setiap hari waktu yang kita miliki makin sempit. Lalu apa yang akan dilakukan untuk menghabiskan tahun berikutnya? 2018 harus menjadi tonggak perubahan kehidupan keluarga kecil kami dari berbagai aspek. Yang utamanya ialah aspek keagamaan dan finansial. Insyaallah 2018 akan kami isi dengan aktivitas yang lebih bermanfaat. Kami akan lebih disiplin mengelola keuangan, mengelola waktu, dan pekerjaan kami. Tidak menunda dan saling mengingatkan untuk itu. Hal tersebut dalam rangka untuk mewujudkan target jangka panjang kami: kebebasan finansial. Lebih sering berkomunikasi dengan kepala dingin, meminimalisasi perpecahan, pedebatan, dan tidak bicara dengan nada tinggi. Mendidik putri kami dengan lebih sabar. Menjadikannya salah satu sosok cerdas dan santun serta beragama dengan sebaik-baiknya. Pada akhirnya, semua rencana ini akan bermuara pada bagaimana cara kami mencapain

GERIMIS RUMAH TANGGA

Pria berkulit sawo matang itu berhenti sejenak di ambang lorong. Ia berusaha mengenali bentuk asli ruang keluarga. Bantal-bantal sofa tidak beraturan, kaleng snack berserakan, kain segi empat ungu dan biru menutupi kotak mainan yang hanya berisi boneka beruang, sedangkan isi mainannya tercecer di atas karpet hingga lantai yang mengarah ke dapur. Saat kakinya mulai melangkah dan mencari tempat paling baik untuk melepas lelahnya, ia menemukan beberapa butir soes kering remuk di atas sofa. Bukan pemandangan yang baik baginya. Pria itu akhirnya beringsut ke kursi makan yang masih lebih baik kondisinya. Belum lama ia merebahkan punggungnya di atas kursi yang terbuat dari kayu itu, suara berisik memenuhi gendang telinganya. Bukan suara yang mengganggu baginya. Itu adalah nada riang dua anak perempuan yang menyambut kedatangannya. "Papa!" Mereka berlarian saling berebut menyalami tangan si pria. Pria berkemeja biru langit tersebut menyambut tangan-tangan mungil putrinya berga

TERSANDUNG ASMARA (PART 3 END)

Empat bulan berlalu tanpa terasa. Waktu menggelinding cepat dan perubahan tak bisa dipungkiri akan terjadi. Tapi perubahan yang tak terduga kadang membawa sesal atau juga perasaan lega. Beberapa hari belakangan Mas Ruli agak sulit ditemui, pun dihubungi. Kukira karena tanggung jawabnya di sekolah bertambah. Ada pekerjaan yang mungkin tak akan kumengerti kalau pun ia menceritakannya padaku. Aku hanya menganggapnya sedang terkena dampak euforia kerja. Hari Sabtu ini ada kegiatan pelatihan anggota OSIS. Aku bertugas sebagai bendahara. Seperti biasa, aku akan mencuri waktu untuk bertukar sapa dengan pria istimewa itu. Tapi ternyata ia tidak ada di tempat 'biasa'. Aku tak mencari lagi, hanya mengiriminya pesan singkat. Lagi dimana mas? Kakiku kembali ke ruang OSIS, melaksanakan amanah teman-teman untuk mengelola keuangan acara tersebut. Kegiatan OSIS selesai pukul 16.30. Seluruh panitia sedang berkemas. Aku sibuk dengan catatan keuangan sambil menghitung pengeluaran. Menye

TERSANDUNG ASMARA (PART 2)

Aku tidak pernah memberikan pernyataan apa pun tentang kalimat dalam slide dari Mas Ruli. Senyum yang mengembang dan pipi merona sudah menunjukkan sebuah persetujuan. Kami seperti pasangan kekasih lain, kami saling mengungkapkan perhatian hangat secara langsung atau tidak langsung. Tapi lebih sering melalui pesan singkat karena tidak ingin memperlihatkan hubungan kami secara langsung. Sesekali kami saling telepon saat hari libur. Aku tahu, adalah hal yang tabu ketika guru dan murid menjalin sebuah asmara. Tapi adakah nasihat yang akan dituruti oleh insan yang sedang jatuh cinta? *** Hujan deras jatuh menyambut ulang tahunku. Aku masih terjaga di kamar. Dalam suasana remang, aku menerima beberapa pesan singkat dari teman-teman yang mengucapkan selamat. Pun dari Mas Ruli. Ungkapan ikut berbahagia atas hari kelahiranku sudah cukup membuatku bersuka cita. Mendekati tengah malam Mas Ruli menghubungiku. "Udah tidur belum?" Tanyanya. "Belum. Kenapa Mas?" Sahu

SELINGKUH

Miki, pria berpenampilan formal itu tidak dapat menampik lagi jika perjalanan bisnisnya bukan perjalanan biasa. Tidak hanya bertemu klien penting, tetapi juga tak sengaja bertemu dengan masa lalunya. Pertemuan di sebuah restoran saat makan siang menjadi ajang reuni bagi dua manusia yang pernah bergumul dalam perasaan sayang. Dengan segala alasan, Miki mencoba menepis pertemuan itu. Berusaha menjaga jarak dengan sang mantan. Namun, pesona dan kisah indah di masa lalu yang berkelebat jelas tiba-tiba menjerat dirinya. Sang mantan menang. Dengan alasan reuni, mereka berhasil kembali menghabiskan waktu untuk bersama lebih lama. "Aku akan menikah," ujar Miki tiba-tiba. Saat tangan sang mantan sudah berhasil merengkuh lehernya. Sang mantan berdehem, "lalu?" tanyanya dengan wajah dingin. "Bisakah kita hentikan ini?" Miki separuh memohon, tapi separuh perasaannya masih ingin bersama sang mantan. "Kita sudah sejauh ini, apa kamu akan menghancurk