RESENSI BUKU: HUJAN MERAH JAMBU

Judul : Hujan Merah Jambu
Penulis : L. Adnan (@BijouTroian)
Penerbit : Pastel Books
Cetakan : I, Agustus 2017
Jumlah Hlm : 290 Hlm
ISBN : 978-602-6716-01-9


Resensi:

"Kau boleh pergi ke mana pun kau bisa, tapi kau tetap mengakar di satu tempat yang disebut rumah. Kamu bisa mempunyai jutaan teman, tapi keluarga adalah mereka yang memgulurkan tangan pertama kali saat kau merasa susah dan sedih." (Hujan Merah Jambu)

Sebuah novel yang bercerita tentang keluarga dan persaudaraan. Tidak akan ada yang menyangka jika hanya melihat judulnya yang romantis. L. Adnan atau yang lebih dikenal dengan @BijouTroian di Wattpad menghadirkan tokoh-tokoh dengan kepribadian yang kuat menempel pada masing-masingnya.

Tak terbayang bagaimana jika kita menjadi seorang remaja, Jora Ananta, yang harus datang tiba-tiba dan tinggal di rumah kakak-kakak tiri yang sama sekali belum dikenalnya. Sebelum ibunya meninggal, Jora diberitahu bahwa ia memiliki lima kakak tiri yang tinggal di satu kota yang sama dengannya. Belum selesai dengan keterkejutannya, ibunya meninggal setelah memberi surat wasiat agar ia tinggal dengan lima kakak tirinya.

Yang lebih mengejutkan ialah kenyataan bahwa tempat tinggal baru yang akan ditinggali berbeda 180 derajat dari rumahnya yang seperti istana. Ditambah lagi dengan perilaku kasar dan sengit yang diterima dari kakak-kakak tirinya: Ansori bersaudara. Tidak ada aturan di rumah itu. Semua melakukan hal sesuka hatinya. Berkata kotor dan mengumpat sudah seperti makanan sehari-hari.

Tidak akan ada yang percaya jika mereka bersaudara. Secara fisik mereka jauh berbeda dengan Jora. Jora yang bertubuh kurus hampir tanpa otot, berkulit putih bersih, dan memiliki rambut lurus yang halus. Sedangkan Ansori bersaudara berbadan tegap dengan otot besar, berkulit gelap, dan memiliki rambut ikal. Hampir semua Ansori bersaudara ini memiliki catatan kriminal. Tukang ribut dan jago berkelahi.

Si sulung, Ben, yang lebih sering menyebut Jora dengan kata 'kampret', si nomor dua bernama Ibrahim: preman terminal, kakak ketiga ialah Johan yang tak punya ampun jika sudah marah, yang keempat ialah Miro - juragan film biru dan bajakan, serta Acenna si nomor lima yang paling manis di antara mereka. Di kampung mereka, kelimanya terkenal tidak pernah absen dalam tawuran atau perkelahian. Rekam jejak yang buruk membuat mereka dilabeli biang kerok. Semua itu adalah bentukan masa lalu mereka yang sama tragisnya dengan korban mutilasi.

Kehadiran Jora yang cengeng dan keras kepala tetapi jago masak ini rupanya menghadirkan warna baru dalam rumah Ansori bersaudara. Membuat rumah mereka lebih layak disebut rumah. Jora pun mulai melihat sisi lain dari karakter kakak-kakak tirinya yang sangar dan keras. Bermacam kisah yang terjadi di kediaman Ansori bersaudara membuat Jora melihat kehidupan ibu kota yang sebenarnya secara langsung. Kehidupan yang belum pernah terlintas dalam benaknya ketika masih hidup berkecukupan di rumah besar Albert.

Bumbu tentang kisah cinta Ansori bersaudara menjadi kilasan hiburan tersendiri yang mampu membawa pembaca tertawa. L. Adnan mengemasnya dengan rangkaian cerita menarik, menjadikannya bumbu di tengah ribuan kata yang merajut kisah gambaran baku hantam yang beberapa kali hadir dalam novel ini. Asyik sekali membaca gerakan demi gerakan gulat yang tuangkan sang penulis untuk mendatangkan perasaan tegang.

Ada hal yang membuat buku ini kurang greget ialah penggunaan bahasa yang kurang betawi. Mungkin penulis seharusnya menggunakan lu dan gue sebagai frasa yang Jakarta banget jika pun si tokoh bukan orang betawi asli. Apalagi setting tempatnya berada di perkampungan.

Selebihnya, L. Adnan telah menghadirkan novel yang memiliki pesan mendalam tentang keluarga, persaudaraan, dan kasih sayang. Banyak sari hikmah yang bisa dipetik dari kisah Jora dan Ansori bersaudara. Menangis dan tertawalah bersama Hujan Merah Jambu. Anda akan terpikat!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ari-Ari Lengket

TIPS JADI JUTAWAN DARI DESAIN GRAFIS