CALON AYAH
Wid melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Ini sudah lebih dari satu jam Wid menunggu kedatangan Amar. Tapi pria itu belum juga kelihatan barang hidungnya. Perlahan Wid bangkit dari kursi, berjalan tertatih sambil memegangi apa saja yang bisa digunakan sebagai penopang tubuhnya. Perut yang sudah membesar membuat wanita itu agak sulit berjalan. Hari itu Amar berjanji memgantarnya memeriksakan kandungan ke dokter sebelum hari persalinan tiba, sekitar satu minggu dari sekarang. Wid merogoh ponsel di tas untuk menghubungi Amar. Tapi yang dihubungi tak menjawab sambungan telepon darinya. Sekali lagi. Hasilnya masih sama. Wid menghembuskan napas. Gelisah mulai menggerayangi perasaannya. Jam tangan sudah menunjukkan jadwal praktek dokter kandungan Wid sudah dimulai. Rasanya kemungkinan untuk mendapatkan nomor antrean di waktu yang bersamaan dengan jadwal praktek sangat kecil. Antara kesal dan cemas, akhirnya Wid hanya bisa menunggu. Ia tak bisa menghakimi suaminya...