Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober 22, 2017

PALEMBANG: AMPERA DI ANTARA HUJAN

Hari senin yang cerah diawali dengan sarapan laksa dan mpek-mpek. Makanan wajib jika ada tamu dari luar Palembang yang berkunjung. Saat matahari mulai tinggi, saya sekeluarga mengunjungi rumah empat Uwak di sana. Kami dijamu makan siang paling lezat di salah satu rumah Uwak. Menu khas Sunda ala orang Palembang tersaji di atas meja makan kecil, ada sayur asem, gurame goreng, sambal terasi jeruk purut, tempe goreng, dan lalapan rebus. Perut yang lapar siap menampung menu makanan yang tersedia siang itu. Usai mengunjungi beberapa rumah Uwak, kami bersiap mengunjungi Benteng yang terletak di samping bawah jembatan Ampera. Ba'da isya, kami sampai di tempat tujuan. Lapangan luas yang tepat berada di sisi sungai Musi ini dilapisi paving blok sehingga mudah bagi anak-anak untuk bergerak bebas. Di area tengah terdapat tulisan besar-besar berupa nama kota, dan di sebelah kanannya dengan jarak kurang lebih 200 meter terdapat patung ikan besar. Kata seorang sepupu, patung ikan itu baru sel

SOSOK: ASMA NADIA

Seorang wanita tangguh yang mencintai dunia literasi sejak kecil telah membuat banyak orang terinspirasi oleh tulisan-tulisannya. Wanita ini telah melahirkan lebih dari 50 buku diantaranya berjudul Cinta 2 Kodi dan yang terbaru ialah Bidadari Untuk Dewa. Hampir semua karyanya berada di rak best seller di toko buku. Ialah Asma Nadia, wanita yang lahir 45 tahun yang lalu ini tetap semangat menulis meski sempat menderita sakit hingga tak dapat melanjutkan kuliahnya di fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, sampai selesai. Dengan dukungan dan semangat dari keluarga serta orang-orang tersayang, ia tetap menghasilkan karya tulis yang dikirim ke majalah. Banyak prestasi yang telah diraih Asma Nadia sebagai penulis. Di antaranya juara satu Lomba Menulis Cerita Pendek Islami (LMCPI) yang diadakan oleh majalah Aninda tahun 1994 dan 1995. Penghargaan dari Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) untuk novelnya yang berjudul Derai Sunyi, pemenang penghargaan Adikarya IKAPI tahun

SAKLAR KONSLET

Percikan api di saklar lampu tadi mengagetkan Doli. Ia mengusap-usap ujung jarinya ke kaus oblong yang baru dikenakan sore tadi. Jalin muncul dari dapur. Sambil mengaduk kopi panasnya Jalin duduk di kursi lipat kosan. "Awas, tuh, saklarnya konslet," dagunya menunjuk saklar yang baru ditekan Doli. "Uwis, kok," Doli menunjukkan jarinya. Jalin terkekeh. Doli duduk di bangku plastik, menaikkan satu kakinya. "Bapak kos pelit puol, urusan saklar siji wae ngenteni wong sak kosan lulus." sungutnya. Jalin terkekeh lagi mendengar kalimat Doli. Santai ia menghirup uap kopi panas yang mengepul dari cangkirnya. Sudah hampir enam bulan saklar untuk menghidup-matikan lampu teras kosan sering mengeluarkan api jika ditekan. Beberapa mengeluhkan hal tersebut. Salah satunya Doli yang sering kebagian tugas menghidupkan lampu teras karena kamarnya yang bersebelahan langsung dengan saklar. Tak mau rugi, para penghuni tak mau memperbaiki sendiri dengan dalih invent

PALEMBANG: PERNIKAHAN DI TANJUNG KERANG

Minggu pagi itu gerimis mengguyur Palembang. Di luar, air sisa hujan dini hari masih masih menggenang setinggi mata kaki. Lorong Muawana sudah ramai dengan rombongan pengantin dari keluarga kami. Rombongan dibagi dua: rombongan akad nikah yang berangkat pukul enam dan rombongan resepsi yang berangkat pukul sembilan. Seperti yang pernah saya bilang, Palembang selalu penuh kejutan bagi pendatang seperti saya. Lokasi acara pernikahan berada di desa Tanjung Kerang. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan hutan, kebun karet, padang rumput, dan pemukiman penduduk dengan rumah tradisional Sumatera Selatan. Rumah Panggung. Di Palembang banyak rumah panggung yang sudah dimodifikasi menjadi rumah dengan dua lantai. Khususnya di pemukiman tengah kota. Biasanya 'kolong' atau bagian bawah rumah panggung difungsikan sebagai tempat duduk-duduk, kandang ternak, atau penyimpanan kayu bakar dan kendaraan. Saat ini bagian bawah dimodifikasi sebagai rumah, diberi dinding batu bata lengk

MEMILIH LELAKI

Untuk gadis-gadis tersayang Saya pernah melihat ada laki-laki beristri yang malas bergabung dengan keluarga istrinya. Ia hanya nongkrong di depan rumah sambil merokok. Hanya bersalaman sekedarnya lalu menghindar bertemu dengan lebih banyak anggota keluarga. Ada juga yang mau menang sendiri, selalu hadir di setiap acara keluarganya saja tapi mencari alasan agar tak datang di acara keluarga istrinya. Bahkan ada yang sama sekali tak mau bergaul, mengenal, dan berbaur dengan anggota keluarga istri. Tidak mau tahu jika ada yang kesulitan dan membutuhkan bantuan. Tahu tidak sebelum menikahi istrinya, perilaku para lelaki tadi berbeda 180 derajat. Biasanya bahkan berlebihan dan sangat royal. Itu semua dilakukan agar bisa mendapatkan restu dari keluarga perempuan. Juga mendapatkan hati wanita yang ingin dinikahi. Hei, gadis, maka pilihlah laki-laki yang baik agamanya lagi berilmu. Ia tak akan berubah sikapnya, juga akan berbuat adil.

PALEMBANG: DARI AMPERA SAMPAI PERTEMUAN

Palembang akan jadi tuan rumah Asian Games 2018. Sepanjang perjalanan dari bandara sampai jembatan Ampera lalu hampir memasuki daerah Plaju, jalur MRT yang hampir jadi, berdiri megah di tengah jalur jalan raya, memisahkan lajur kanan dan kiri. Perbaikan jalan dan trotoar sedang dilakukan di mana-mana. Mobil yang mengantar kami sampai ke Lorong Muawana pun sempat terjebak macet karena penyempitan jalur. Lalu lintas sore itu padat. Di tengah udara panas kota Palembang, dari mulut jembatan Ampera, sungai Musi begitu mempesona mata saya. Terbayang kisah masa lalu sungai yang berjasa menjadi jalur perdagangan utama. Kapal-kapal gagah yang dimiliki para pedagang pernah hilir mudik melewatinya. Ah, ini keren sekali! Orang Palembang yang setiap hari melewati jembatan Ampera mungkin merasa perjalanan mereka di sana biasa saja. Tapi bagi saya, bisa melewati jembatan merah itu adalah pengalaman luar biasa. Jembatan yang dulu bisa diangkat bagian tengahnya sebagai akses agar kapal dengan tingg

PALEMBANG: SEBUAH PERJALANAN

Hari Sabtu lalu saya melakukan perjalanan menuju kota mpek-mpek. Undangan dari seorang Uwak tidak bisa diabaikan, apalagi untuk bertemu keluarga besar dari pihak ibu mertua yang asli dari sana. Kesempatan ini tidak akan beliau sia-siakan. Berbekal sekoper pakaian dan satu tas besar bekal untuk si kecil, kami berangkat. Perjalanan diawali dengan kereta api menuju stasiun Gambir, Jakarta. Lalu menuju bandar udara Soekarno Hatta menggunakan taksi online. Sepanjang jalan tol menuju bandara, saya menikmati tanaman bunga kertas yang tumbuh menjulang di tiang-tiang lampu jalan. Bunganya mekar berwarna-warni. Ranting-ranting halusnya melingkar di jaring besi yang terdapat di sekitar tiang lampu. Sengaja dipasang agar tanaman ini tumbuh menutupinya. Menjadi hiasan jalanan yang indah. Keasyikan saya terhenti saat mobil yang kami tumpangi keluar dari tol dan memasuki kawasan bandara. Tulisan besar nama bandara yang terletak di taman yang memisahkan lajur kanan dan kiri terpampang besar di dep

PALEMBANG

Palembang tidak melulu tentang Jembatan Ampera Benteng Ampera Mpek-mpek Atau Sungai Musi Palembang lebih dari itu Ia adalah silaturahmi Kasih sayang Kebahagiaan Dan Kerinduan orang tercinta