Postingan

Menampilkan postingan dari November 26, 2017

RAHASIA (EPS. 10)

"Lim, tolong awasi kafe, ya. Saya mau tidur." Pesan Sora pada Lim. "Oke, Bu." Lim melanjutkan gerakan tangannya yang sedang membersihkan meja. "Oya, kalau ada yang cari saya, bilang saja saya tidak ingin ketemu siapa-siapa." Lim mengacungkan jempolnya. Sora masuk ke dalam ruangan khusus di belakang kafe. Ruangan ini dibuat untuk tempat istirahat, tapi Sora jarang menggunakannya. Ia lebih senang berada di kursi Ibu, di depan. Mengawasi segala sesuatu di kafe. Namun hari itu Sora merasa letih. Ia belum tidur semalaman. Di dalam ruangan itu terdapat sofa lipat yang jika dibuka bagian tengahnya, bisa digunakan sebagai tempat tidur. Sora memejamkan matanya. Baru beberapa menit, terdengar suara berisik di luar. Seseorang mengetuk pintu ruangan dengan kasar. Sayup-sayup terdengar suara Lim yang menahannya. Sora tidak bisa menahan tangannya untuk membuka pintu. Saat pintu terbuka, ia tak dapat menahan tubuh jangkung yang segera menenggelamkannya ke

RAHASIA (EPS. 9)

Preu mendapati rumah kosong. Di meja makan, ia juga menemukan struk-struk belanja yang separuh terserak. Kepalanya seperti menyadari sesuatu. Preu melihat tasnya sudah kosong. Preu menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Tangannya mengusap wajah. Napasnya berat. Ditambah mata yang perih akibat tak tidur semalaman. Tidak, tidak, ia bahkan hanya tidur tiga jam dua hari sebelumnya. Pertemuannya dengan Gai kembali, menumbuhkan riak-riak kekagumannya. Gai pun seperti mendapat angin segar saat kembali bertemu dengan Preu. Perasaan sepi yang menghantuinya selama ini ia tumpahkan pada sahabat lamanya. Setelah peristiwa di kantor polisi, Gai dan Preu bertukar kontak. Awalnya hanya saling bertukar kabar dan bercerita masa-masa SMA. Gai lalu merasa nyaman akan kehadiran Preu. Ia pun menceritakan apa yang menimpanya tiga tahun belakangan. Gai lulus kuliah meski hanya memperoleh predikat cukup baik. Wanita pucat itu kemudian bekerja di sebuah perusahaan multinasional, posisi telemarketing. Gajinya c

RAHASIA (EPS. 8)

Preu berhenti di depan sebuah rumah minimalis. Buru-buru ia masuk ke dalam rumah. Wanita dengan wajah pucat tengah duduk lemas di sofa panjang. "Ayo, kita ke rumah sakit, Gai," Preu memapah wanita itu. Gai menurut. Ia nampak kesakitan saat bergerak. Pakaian bagian bawah sudah kuyup oleh darah. Wajah Preu tampak cemas. Ia segera membawa Gai ke rumah sakit yang paling mudah dijangkau. Perasaan kalut menyelimuti pikirannya. Bayangan wajah Sora yang kecewa juga masih membuntutinya. Hampir saja ia kehilangan konsentrasi. Mobil yang dikendarainya nyaris menabrak pembatas jalan. Beruntung jalanan sepi. Otaknya langsung memberi perintah untuk banting stir ke kanan, kemudian menyeimbangkan kendaraan agar berjalan lurus. Wanita di jok sebelah terlihat lemah. Wajahnya kian pucat. Preu menggenggam tangannya. "Gai! Tetaplah sadar!" Preu mengguncang tangan Gai. Gai berusaha membuka matanya. Ia menoleh ke arah Preu. "Preu, maafkan aku," bisiknya. "G