Postingan

Menampilkan postingan dari Maret 4, 2018

DALAM HATI

Oleh: Agil Uin Hadi Entah sudah cangkir keberapa kuhabiskan kopi berkafein tinggi di sini. Tempat pertama kali aku bertatap wajah dengan seorang gadis yang sekaligus membuatku terpana. Saat aku sudah terjebak dalam perasaan jatuh hati pada sosok gadis berkulit hitam manis itu, dia selalu membuatku menunggu lebih lama pada setiap pertemuan. Seperti malam ini. Jarum jam tanganku sudah menunjukkan pukul sembilan lewat dua belas menit. Itu artinya sudah hampir tiga jam aku duduk dengan kegelisahan yang bertambah setiap menitnya. Si hitam manis yang misterius, namun menyenangkan saat bersitatap dengannya. Jika kalian tahu, kalian akan menilaiku amat bodoh. Ya, kan? Belum lagi kenyataan lain bahwa aku selalu berbohong pada istriku saat menunggu wanita itu. “Aku lembur, ya, Nis.” Begitu yang sering kukatakan untuk membuatnya tidur duluan tanpa menungguku pulang. Sungguh tragis memang. Mitha Kenapa dia masih menunggu? Aku lelah mempermainkannya seperti

Selamat Malam Luka

Gambar
Sumber gambar : pinterest.com Selamat malam luka. Di ujung jalan itu kamu pergi. Menanggalkan status resmi kita. Berjalan ke arah yang tak tentu. Entah ke mana. Tangismu tak kunjung menyembuhkan luka yang kita buat. Berdasar perih yang terus kamu pendam. Beberapa bulan tak ada pembicaraan. Seolah semua berjalan baik-baik saja. Sampai ketika aku menemukanmu menangis tanpa suara. Di ujung jalan itu. Buncah seluruh beban yang kamu tanam dalam hati. Menepis semua rasa cinta yang pernah ada. Dalam balutan gaun yang anggun, mata dan hatimu jauh berbeda. Mereka menyimpan sebuah misteri yang selama ini tak kusadari. Waktu berjalan dan membiarkanku menjadi seorang yang bodoh. Anak mami! Aku terlalu takut hidup berdua denganmu. Selalu berlindung di balik ibuku sebagai alasan. Memandang kamu tak bisa hidup serba kesulitan dengan penghasilanku yang pas-pasan. Perlahan-lahan, kamu kesulitan bernapas di rumah itu. Tanpa kusadari aku telah mencekikmu dengan tanganku sendiri.