MERINDU
Sumber gambar: pinterest.com Mata ku lagi-lagi memeriksa ponsel yang baru setengah menit kuletakkan di atas meja. Gatal sekali rasanya tangan ini untuk mengirim pesan pada Papi. Tapi urung karena baru saja kami berkirim pesan. Pekerjaan rumah sudah selesai sejak pukul sepuluh. Sementara Papi baru pulang sekitar empat jam lagi. Waktu menunggu Papi pulang terasa lama sekali bagiku. “Pi, kerja di rumah aja.” pintaku suatu hari. “Mau kerja apa?” sahut Papi sambil menyesap kopi. “Apa, kek. Kan, Papi bisa buka percetakan, usaha desain grafis, atau apa gitu.” “Itu, kan sampingan Papi.” Jawabnya kalem. “Dijadiin kerjaan utama bisa, kan?” Papi terkekeh, “kenapa, sih?” “Abis kangen melulu kalo Papi lagi ngajar di sekolah .” aku menutup mulut dengan kedua tanganku. “Ada-ada aja, sih, Mi,” Papi geleng-geleng kepala. Obrolan di suatu hari yang lalu itu menguap begitu saja. Seakan hanya percakapan biasa, candaan suami istri yang selalu dimabuk cinta. Tapi...