Postingan

Menampilkan postingan dari November 23, 2014

Pelarian

Sekarang aku tahu, duniaku hanya disini. Kamar nomor 21 di ujung lorong ini. Aku memulai hidupku disini saat berusia 22. Aku meninggalkan keluargaku, meninggalkan segala yang aku punya untuk memulai hidupku disini. Temanku hanya satu, namanya Nama. Nama hanya tanaman hias yang tak kutahu pasti jenisnya. Dia teman yang tak pernah meninggalkanku disaat apapun. Nama kusimpan di kusen jendela kamar saat pagi dan sore. Dia senang berjemur di waktu-waktu itu. selebihnya kusimpan di atas meja kecil di samping tempat tidurku. Aku pernah membayangkan kalau aku ini sebatang kara di saat aku masih berada di tengah-tengah keluarga. Kenyataannya, kini kuwujudkan bayanganku itu. Aku saat ini sebatang kara. Sendiri menikmati musik dan hari libur. Nama yang menemaniku. Dulu aku tak pernah memikirkan akan melakukan ini. Sampai pada waktu dimana aku sudah merasa muak hidup bergantung terus menerus pada kedua orang tuaku. Status pengangguran membuat aku frustasi dan sering sakit kepala. Ratusan lam

suatu hari...

Suatu hari aku bertemu dengan seorang aneh yang tidak pernah ingin aku mengenalnya. Dia ini sungguh tak selalu membuatku nyaman. Kadang-kadang baik sekali, kadang-kadang juga sangat menyebalkan. Apa yang menyebalkan dari dirinya? Dia adalah manusia yang berbakat mengetahui apa yang dirasakan dan pernah dialami lawan bicaranya. Inilah bagian yang paling menyebalkan. Dia sangat tahu, dan bahkan sering mendesakku untuk mengakuinya. Menurutnya aku memerlukan pertolongan. Itu benar, aku merasa membutuhkan pertolongan. Aku memang tak mengerti pertolongan macam apa yang aku butuhkan. Tapi dia tahu. Rasanya sangat menyebalkan jika orang yang baru dikenal lebih tahu bagaimana caranya mengatasi masalahku. Aku benci dia. Tapi dia benar. Sampai sekarang aku tak pernah bertemu lagi dengannya. Aku tak ingin. Dia terlalu banyak tahu tentang diriku. Dia terlalu tahu kalau aku membutuhkan pertolongan. Dia terlalu tahu segalanya dan membuatku sedih.

Cerita 1

Percakapan siang hari saat pulang dari suatu tempat. Sampe di rumah, saya dan ibu saya buka pintu gerbang rumah. Pas buka pintu gerbang gini kejadiannya: Saya : (Wajah datar diem aja) Ibu : Kemarin tuh, tante anu kejepit gini loh... bla bla bla... trus... bla bla bla... (semangat '45) Saya: Ibu kan udah cerita itu kemarin... (Wajah datar, buka pintu rumah) Dan yang terjadi adalah, ibu saya ngomel-ngomel. Well, jangan ditiru ya. Itu hanya bukti kalau saya memang plegmatis dan ibu saya adalah sanguinis.