SOSOK: ASMA NADIA

Seorang wanita tangguh yang mencintai dunia literasi sejak kecil telah membuat banyak orang terinspirasi oleh tulisan-tulisannya. Wanita ini telah melahirkan lebih dari 50 buku diantaranya berjudul Cinta 2 Kodi dan yang terbaru ialah Bidadari Untuk Dewa. Hampir semua karyanya berada di rak best seller di toko buku.

Ialah Asma Nadia, wanita yang lahir 45 tahun yang lalu ini tetap semangat menulis meski sempat menderita sakit hingga tak dapat melanjutkan kuliahnya di fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, sampai selesai. Dengan dukungan dan semangat dari keluarga serta orang-orang tersayang, ia tetap menghasilkan karya tulis yang dikirim ke majalah.

Banyak prestasi yang telah diraih Asma Nadia sebagai penulis. Di antaranya juara satu Lomba Menulis Cerita Pendek Islami (LMCPI) yang diadakan oleh majalah Aninda tahun 1994 dan 1995. Penghargaan dari Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) untuk novelnya yang berjudul Derai Sunyi, pemenang penghargaan Adikarya IKAPI tahun 2001, 2002, dan 2005. Cinta Tak Pernah Menari-nya ialah kumpulan cerpen karya Asma Nadia yang pernah meraih Pena Award. Juga masih banyak penghargaan lainnya.

Selain berbagai penghargaan yang diterimanya, banyak juga novelnya yang sudah difilmkan. Seperti Assalamualaikum Beijing, Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela, dan lain-lain.

Prestasinya tidak membuat penulis sekaligus traveler berjilbab ini puas hati. Masih banyak hal yang dilakukan wanita bermata sipit ini untuk berpartisipasi memajukan dunia literasi Indonesia. Forum Lingkar Pena ialah salah satu forum kepenulisan yang mewadahi penulis-penulis muda yang anggotanya telah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.

Seluruh royalti dari salah satu karyanya, Emak Ingin Naik Haji, disumbangkan untuk sosial dan kemanusiaan, khususnya untuk membantu kalangan yang tidak mampu tetapi ingin melaksanakan ibadah haji.

Dengan segudang prestasinya, tidak menjadikan ibu tiga anak ini tinggi hati. Ia tetap rendah hati dengan tetap bersikap ramah pada setiap orang. Penampilannya tetap sederhana dan sopan. Yang unik, jilbab yang dikenakannya sejak awal mengenal sosoknya tidak pernah berubah sampai sekarang. Bisa dibilang itulah salah satu kekhasan seorang Asma Nadia.

Asma Nadia juga tampil dengan program Rumah Baca AsmaNadia yang menyalurkan buku-buku bagi taman bacaan swadaya. Khususnya untuk taman bacaan dengan target pembaca kaum dhuafa. Saat ini Rumah Baca AsmaNadia sudah tersebar di beberapa daerah seluruh Indonesia. Cita-cita untuk membangun generasi yang mencintai buku, menjadikan membaca sebagai kebutuhan, membuat Asma Nadia tergerak untuk membangun kegiatan sosial ini.

Bagi istri dari Isa Alamsyah ini, karya-karya yang dihasilkan hingga saat ini tetap memerlukan saran dan kritik. Dengan tidak terlalu merasa percaya diri dengan karya yang dihasilkan, wanita berdarah Aceh-Tionghoa ini dapat membuka diri terhadap masukan untuk setiap tulisan-tulisannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI BUKU: HUJAN MERAH JAMBU

Ari-Ari Lengket

TIPS JADI JUTAWAN DARI DESAIN GRAFIS