GADIS LAYANG-LAYANG

Ternyata menerbangkan layang-layang sama sulitnya dengan membaca hati gadis angkuh yang baik hati dan berpenampilan elegan bak putri kerajaan. Memilih angin yang baik, cuaca, serta tempat yang tepat untuk membiarkan benda berbahan kertas warna-warni itu meliuk-liuk indah di langit.

Itulah Baila. Gadis bermata jeli dengan aroma tubuh yang tidak pernah absen dari sentuhan Victoria's Secret.

Harus kuakui bahwa tidak ada hal istimewa yang harus ia perhitungkan antara aku dan dia sejak kami berkenalan. Hanya satu yang kutahu, Baila menyukai layang-layang. Lebih dari hanya memandanginya disapu angin lembut, gadis rupawan itu mampu membuat dan menerbangkannya seorang diri. Seorang diri! Ingat-ingatlah Baila sebagai seorang gadis angkuh yang dapat melakukannya.

Ketika aku tidak memiliki harga untuk diperhitungkannya, aku malah nekad mendambakan sosoknya. Dia seperti layang-layang empat dimensi yang selalu indah diterpa angin kesiur di tempatnya. Dengan ekor rumbai berwarna jingga yang meliuk, ia selalu menyedot perhatianku.

Tak perlulah kalian tahu dimana aku mengenal Baila. Baila muncul begitu saja seperti benang layang-layang yang tiba-tiba mengait benang layang-layang lainnya. Ia sudah mengait hatiku dan memutuskan nadi maluku, sehingga aku bisa merangsek pertahanan apa pun yang digunakan lelaki lain untuk menjauhkanku dari sosok gadis layang-layangku.

***

Hari ini festival layang-layang dimulai. Baila sudah siap dengan amunisi terbaiknya untuk memenangkan kompetisi layang-layang. Ingat, ia adalah gadis angkuh yang tak mau kalah.

Aku? Aku hanya salah satu panitia dalam festival ini. Kuberitahu sesuatu, aku terpaksa dipilih menjadi panitia karena aku - yang tahu pasti kalau Baila akan ikut serta dalam festival layang-layang - nekad menyogok tim kecil yang mengurus kompetisi layang-layang dengan hidangan paling enak di restoran pamanku.

Baila duduk di tempat yang sudah disediakan panitia. Sosoknya sudah kukenali dari radius 200 meter. Rambut yang diikat tinggi dengan anak rambut yang menjuntai di tengkuk dan sekitar dahi. Sepatu kets standar yang berwarna senada dengan kausnya tidak mengubah perangai angkuhnya. Gadis itu cukup mencolok diantara kerumunan yang didominasi laki-laki. Ia selalu mengagumkan setiap kali aku melihatnya.

Layang-layang Baila juga sama mengagumkannya dengan sang pemilik. Bentuk standar dengan ukuran besar berwarna gelap dan rumbai emas berkerlip di sisi-sisinya hingga ekor. Di ujung ekor emas, terdapat tali pita merah yang menjulur. Amat mencolok.

Aku berdecak kagum. Gadis angkuh idamanku memang selalu menarik perhatian dengan cara yang elegan dan tak dapat ditebak.

Tanganku memegang dua botol minuman kemasan dingin. Satu air mineral, satu lagi jus mangga. Aku yakin ia akan memilih jus mangga, kecuali jika sedang makan berat.

"Minumnya, Bai," aku menyodorkan botol-botol di tanganku.

Baila mendongak, memperhatikan kartu identitas panitia yang kugantung di leher. Gadis itu mengambil air mineral sambil berterima kasih sekenanya.

Aku tercekat. "Jusnya, Bai," tawarku lagi.

Baila mendongak lagi, "bukannya menu dari panitia hanya air mineral?"

"Yang ini minuman penyemangat dari penggemar," candaku sambil menyodorkan botol jus mangga lagi. "Pribadi." Bisikku sambil menyeringai.

Baila tersenyum tipis sambil menerima jus mangga yang kuberikan secara 'pribadi'.

Aku kembali ke posku, menempati posisi yang sudah ditentukan ketua panitia selama acara berlangsung. Dari sana aku lebih banyak memandangi gadis angkuhku yang mulai melakukan aksi penerbangan layang-layangnya.

Meski tubuhnya ramping, Baila cukup kuat mengarahkan layang-layangnya membelah angin. Tangannya yang diselimuti sarung tangan khusus sibuk menarik-ulur benang untuk mengendalikan layang-layang. Angin menerpa anak-anak rambutnya yang kini terlihat lebih berantakan namun mengesankan.

***

Baila kalah. Seorang pria blasteran berhasil membuat benang layang-layang hitam Baila putus di udara. Seharusnya itu jadi catatan curang dalam penilaian juri. Tapi bukan itu yang menjadi penilaian. Kompetisi layang-layang ini bukan ajang aduan. Tapi layang-layang Baila keburu menghilang ditelan awan.

Wajah Baila tampak kecewa. Tapi tak berapa lama si pria blasteran itu mendekatinya. Mungkin minta maaf atau merayu Baila. Entahlah. Yang pasti Baila malah tersenyum. Bukan senyum tipis angkuh ala Baila. Ia tersenyum seperti bidadari. Belum pernah aku melihatnya tersenyum seperti itu.

Gadis layang-layangku terlihat lebih santai. Kesan angkuhnya luntur ketika pria blasteran itu ada di dekatnya. Sepertinya Baila suka atau mungkin... jatuh cinta pada pria itu?! Sial!

Angin mulai membawa layang-layang ke arah yang menjauh dariku. Entah angin ini akan menjadi badai yang dapat dengan mudah menerpa layang-layang indahku menghilang dari pandangan atau surut seiring waktu. Sepertinya aku terlalu banyak mengulur benang dan kehabisan waktu untuk menariknya.

Baila menghilang. Pandanganku tak lagi bisa menjangkaunya. Layang-layangku menjauh. Baila menjauh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI BUKU: HUJAN MERAH JAMBU

Ari-Ari Lengket

TIPS JADI JUTAWAN DARI DESAIN GRAFIS