LALAI
Kalian tau nggak, ketika ibu lalai menjaga anak bayinya kemudian si bayi sudah ditemukan dengan keadaan benjol di kepala, gores di pipi, tinta belepotan di mulut dan badan, atau sudah kenyang makan kertas, kemudian kalian malah nanya "kok bisa?", "gimana ceritanya?", "ya ampun, ibunya ngapain aja sih?"
Si ibu harus jawab apa? ðŸ˜
Kadang disitu berasa pengen nelen jarum pentul.
Tolong dong singkirkan pertanyaan-pertanyaan sejenis itu. Karena tak akan ada manfaatnya bagi ibu yang lagi panik dan cemas luar biasa. Kalau nggak punya solusi mending bilang aja "maaf nggak punya pengalaman kayak gitu, semoga anaknya nggak apa-apa ya," atau "coba langsung bawa ke dokter aja, sini saya anter." Sekalian traktir si ibu makan di resto Padang, pasti paniknya langsung lumer. Wakakaka...
Bagaimana pun posisi si ibu ini, seorang ibu pasti punya rasa bersalah ketika ia alpa dan terjadi kecelakaan kecil yang menimpa bayinya. Rasanya dihakimi oleh diri sendiri sudah cukup membuatnya sedih dan kecewa pada dirinya. Bahkan mungkin juga merasa terpukul.
Tak mudah lho mengawasi dan menjaga anak bayi yang sedang aktif-aktifnya merangkak kesana-kemari. 24 jam sehari. Tujuh hari seminggu. Masa dimana si bayi akan menggapai-gapai apapun yang bisa dicapai. Memenuhi rasa penasarannya dengan memasukkan apa saja ke dalam mulut. Menarik kabel, mendorong dispenser, meraih gelas, mencicipi bungkus kerupuk, apa saja yang menarik di matanya. Dan mata ibu yang cuma dua biji itu harus standby ngeliatin si anak bayi ini. Impossible dong!
Kalau memang ada yang bisa menjaga anak bayinya tanpa sedikitpun gores atau luka saya acungin lima jempol. Karena itu sungguh nggak gampang.
So, cobalah untuk menahan lisannya supaya tak keluar kalimat-kalimat penghakiman, yang kesannya menyalahkan si ibu. Berikan support atau bantuan penanganan agar ibu cepat memberikan pertolongan pertama yang dibutuhkan. Tugas kita bukan menginterogasi, tapi berempati dengan mendoakan. Syukur-syukur kalau dimampukan untuk memberi pertolongan.
#selfreminder
Note: tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi 😊
Si ibu harus jawab apa? ðŸ˜
Kadang disitu berasa pengen nelen jarum pentul.
Tolong dong singkirkan pertanyaan-pertanyaan sejenis itu. Karena tak akan ada manfaatnya bagi ibu yang lagi panik dan cemas luar biasa. Kalau nggak punya solusi mending bilang aja "maaf nggak punya pengalaman kayak gitu, semoga anaknya nggak apa-apa ya," atau "coba langsung bawa ke dokter aja, sini saya anter." Sekalian traktir si ibu makan di resto Padang, pasti paniknya langsung lumer. Wakakaka...
Bagaimana pun posisi si ibu ini, seorang ibu pasti punya rasa bersalah ketika ia alpa dan terjadi kecelakaan kecil yang menimpa bayinya. Rasanya dihakimi oleh diri sendiri sudah cukup membuatnya sedih dan kecewa pada dirinya. Bahkan mungkin juga merasa terpukul.
Tak mudah lho mengawasi dan menjaga anak bayi yang sedang aktif-aktifnya merangkak kesana-kemari. 24 jam sehari. Tujuh hari seminggu. Masa dimana si bayi akan menggapai-gapai apapun yang bisa dicapai. Memenuhi rasa penasarannya dengan memasukkan apa saja ke dalam mulut. Menarik kabel, mendorong dispenser, meraih gelas, mencicipi bungkus kerupuk, apa saja yang menarik di matanya. Dan mata ibu yang cuma dua biji itu harus standby ngeliatin si anak bayi ini. Impossible dong!
Kalau memang ada yang bisa menjaga anak bayinya tanpa sedikitpun gores atau luka saya acungin lima jempol. Karena itu sungguh nggak gampang.
So, cobalah untuk menahan lisannya supaya tak keluar kalimat-kalimat penghakiman, yang kesannya menyalahkan si ibu. Berikan support atau bantuan penanganan agar ibu cepat memberikan pertolongan pertama yang dibutuhkan. Tugas kita bukan menginterogasi, tapi berempati dengan mendoakan. Syukur-syukur kalau dimampukan untuk memberi pertolongan.
#selfreminder
Note: tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi 😊
Komentar
Posting Komentar