TERSANDUNG ASMARA (PART 2)

Aku tidak pernah memberikan pernyataan apa pun tentang kalimat dalam slide dari Mas Ruli. Senyum yang mengembang dan pipi merona sudah menunjukkan sebuah persetujuan.

Kami seperti pasangan kekasih lain, kami saling mengungkapkan perhatian hangat secara langsung atau tidak langsung. Tapi lebih sering melalui pesan singkat karena tidak ingin memperlihatkan hubungan kami secara langsung. Sesekali kami saling telepon saat hari libur.

Aku tahu, adalah hal yang tabu ketika guru dan murid menjalin sebuah asmara. Tapi adakah nasihat yang akan dituruti oleh insan yang sedang jatuh cinta?

***

Hujan deras jatuh menyambut ulang tahunku. Aku masih terjaga di kamar. Dalam suasana remang, aku menerima beberapa pesan singkat dari teman-teman yang mengucapkan selamat. Pun dari Mas Ruli. Ungkapan ikut berbahagia atas hari kelahiranku sudah cukup membuatku bersuka cita.

Mendekati tengah malam Mas Ruli menghubungiku.

"Udah tidur belum?" Tanyanya.

"Belum. Kenapa Mas?" Sahutku cepat.

"Saya di depan rumah."

Aku terperangah. Entah apa yang harus kuperbuat. Aku segera menyibak tirai jendela kamar yang menghadap ke depan. Mas Ruli di bawah hujan yang masih cukup deras, berdiri sambil melambaikan tangannya. Senang bercampur bingung mengaduk isi hatiku. Telepon kami masih tersambung.

"Mas Ruli ngapain?" Mendadak pertanyaan bodoh itu meluncur dari bibirku.

"Pengen ngucapin langsung aja."

Aku membayangkan senyum Mas Ruli sedang mengembang saat kalimat itu keluar dari bibirnya.

"Tapi... aku nggak bisa ke luar, Mas," nada suaraku kecewa.

"Nggak apa-apa. Maaf, ya jadi ganggu Bano," Mas Ruli duduk di atas jok motor. "Bano nggak apa-apa, kan?" Lanjutnya.

Aku lebih dari baik-baik saja. Bahkan terlampau girang. "Iya. Aku yang makasih, Mas Ruli sampe hujan-hujanan gitu," aku menutupi bibir yang terus menyungging senyum.

"Saya pulang dulu, ya. Dingin." Mas Ruli bersiap pamit.

Aku tidak dapat mencegahnya. Kasihan juga kalau ia terlalu lama diguyur hujan.

"Hati-hati, Mas." Kataku menutup percakapan.

Aku melihat Mas Ruli berlalu. Selanjutnya, setelah memastikan lelaki itu sampai dengan selamat, aku baru bisa tidur nyenyak. Melepaskan gelembung-gelembung bahagia dalam mimpi bersama udara sejuk pasca hujan.

Indah, bukan?

Tapi percayalah, semua hal berjalan seperti roda. Menggelinding cepat, membuat kita bisa berada di atas atau di bawah. Ketika waktu itu datang, tinggallah kita yang dapat menentukan sikap saat posisi tersebut datang.

Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI BUKU: HUJAN MERAH JAMBU

Ari-Ari Lengket

TIPS JADI JUTAWAN DARI DESAIN GRAFIS