Selamat Pagi

Pagi yang sama untuk semua orang. Bisakah kau gambarkan seperti apa pagimu? Pagi yang sama kawan. Karena matahari tetap terbit, kau terbangun meninggalkan bunga tidur yang mungkin indah atau buruk, lalu kau punya dua pilihan: kembali tidur atau menantang hari dimana kau terbangun. Atau ketika terbangun kau akan melihat sekelilingmu untuk memastikan dimana kau terbangun. Mungkin kau amnesia karena suatu kecelakaan sehingga kau tak tahu bahwa kau sedang dirawat di rumah sakit. Atau saat kau terbangun kau akan tersenyum karena disampingmu masih ada seseorang yang kau cintai. Pagi masih sesegar air gunung dan sesejuk angin di perbukitan. Kau hanya perlu menikmatinya saja dimanapun kau berada.
Di dalam sebuah kamar sempit, seseorang terbangun karena suara alarm yang berisik menimpali telinganya. Alarm dimatikan. Dia menggosok-gosok hidungnya lalu mengusap matanya berulang kali. Setelah itu membuka jendelanya lalu menghirup udara sejuk dari luar. Segar. Dengan seenaknya ia keluar dari kamar dan bergabung dengan rekan-rekannya di sebuah kedai kopi tak jauh dari kontrakannya. Tawa-tawa renyah menyambutnya untuk bergabung disitu. Mengomentari berita pagi, mengkritik pejabat-pejabat di Senayan, dan menertawakan hidup mereka sendiri. Renyahnya.
Seorang penghuni sebuah kamar sederhana di tempat lain juga melakukan hal yang sama. Udara yang segar menyerbu kamarnya yang tertata rapi. Sambil menyusun buku-buku dan merapikan tempat tidurnya ia bersenandung. Kemudian terdengar langkah kecilnya keluar dari kamar untuk merapikan diri bersama senandung yang mengiringinya. Ia lalu bergabung dengan yang lain di meja makan. Bersama abang, adik, dan ayah ibunya yang juga sibuk dengan persiapan masing-masing. Lihatlah, si ibu adalah ibu rumah tangga yang cerewet dan sangat cekatan. Celotehan abang dan adiknya membuat meja makan semakin meriah.
Bangunan di ujung blok yang mewah sudah terlihat sibuk. Bukan, bukan. Itu hanya asisten-asisten rumah tangga yang bersuara. Pemiliknya masih asik dengan bunga tidur yang tak terlalu menarik. Selimut tebalnya masih menimbun tubuhnya yang mungil. Beberapa saat berlalu. Matahari sudah tinggi, tapi ia masih terpejam. Beberapa kali alarmnya dimatikan. Bunyi alarm yang terakhir menydarkannya. Ia beringsut dengan malas ke kamar mandi hanya untuk mandi seadanya. Setelah memakai setelan yang cocok, ia turun ke meja makan. Banyak orang disana. Tapi itu hanya para asisten yang melayaninya setiap hari. Dengan wajah bosan ia menyantap sarapan mewahnya yang paling bergizi. Bosan.
Di sebuah asrama putri, pagi hari selalu ramai. Banyak gadis-gadis yang berteriak-teriak untuk mendapatkan giliran mandi dan mengantre untuk menyetrika seragam. Lalu-lalang di dapur untuk minta dibuatkan susu hangat atau telur dadar sebagai sarapan kepada penjaga kantin. Ada juga yang sudah siap dengan seragamnya sambil mengerjakan tugas di ruang belajar.
Setiap orang dengan paginya yang berbeda-beda. Mengisi yang kosong pada pagi-pagi yang sama. Sebuah rutinitas yang membentuk pribadi setiap orang. Rutinitas yang menyiangi malas dan penyegaran setelah malam. Tuhan yang memberikan rutinitas itu. Pagi yang mangganti lelah dan lesu. Pagi yang membuang marah dan resah. Pagi akan selalu sama. Selamat pagi!
Bandung, 27 Oktober 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI BUKU: HUJAN MERAH JAMBU

Ari-Ari Lengket

TIPS JADI JUTAWAN DARI DESAIN GRAFIS