Rona Pagi

Pagi ini kita bertemu dalam satu ruangan yang sibuk. Suara-suara kaki yang berpautan dengan lantai mengkilap. Hentakan pinsil dan pulpen dari tangan-tangan pencari inspirasi. Tawa-tawa riang dari gosip dan siulan serta irama senandung ringan mengantarkan pertemuan kita pagi ini. Semua terasa seperti irama angin segar yang berpadu dengan tumpahan sinar matahari. Musim semi yang indah selalu diawali dengan pertemuan ini. Lalu sebentar lagi akan muncul hidung besar yang akan merusak suasana ini. Boss.
Tapi pagi ini tetap akan indah ketika kita berjumpa. Dalam satu ruangan yang sibuk. Meski harus ada beberapa jeda, lalu akan diikuti dengan tatapan sinis dari pengawas kinerja yang lalu lalang. Pagi tetap terasa indah karena kita bertemu.
Sebuah pagi yang lain meredup karena kita tak bertemu. Kemana kamu? Lalu matahari beranjak tinggi dan kau pun baru datang. Masih dengan topi dan tas ransel hitam yang kucel. Dengan senyum lebar dan peluh segar di keningmu. Kau masih sama. Hanya tertawa dan menebar bahagia di seluruh penjuru hatiku. Syukurlah kau baik-baik saja.
Lalu besoknya...
Aku datang lebih pagi, kau juga. Tapi kelihatannya kau sibuk. Tak seperti biasanya. Tak apa-apa. Asal kita bertemu dalam pagi-pagi yang segar. Hanya pada pagi-pagi yang benderang. Kita bertemu seperti biasa. Kau masih dengan senyum ramah dan mempesona. Ya, aku yang terpesona.
Pernah sekali aku menumpahkan teh hangatku di atas jaket kulitmu karena terlalu gugup. Itu karena kita bertemu. Dan ketika aku bercermin, memang ada yang salah dengan diriku. Entah sudah berapa lama kita bertemu di tempat ini pada waktu yang sama. Di pagi hari. Mendung atau cerah. Situasi yang selalu kau buat indah karena senyum cemerlang yang kau sodorkan setiap hari.
Pagi ini kau tak terlihat. Terlambat lagi, mungkin. Dan benar saja. Saat matahari mulai tinggi kau baru datang menenteng sejumlah benda asing yang tak pernah kau bawa sebelumnya. Kita bertemu lagi. Dengan suasana yang agak berbeda. Rambutmu yang ikal sedikit berhamburan dari ikatannya. Derap langkahmu membuatku sedikit gelagapan. Kau begitu sumringah dengan benda yang ada di tanganmu.
Kau perlihatkan padaku seikat bunga mawar merah, serta sebuah cincin dengan satu permata dari saku celanamu. Semua ini sungguh mengejutkan. Tak pernah terbayangkan olehku bahwa kau akan melakukan hal ini. Aku merona. Aku tersenyum dan mengangguk. Kau terlalu banyak membuatku melambung, mempesonaku, dan menebar riang dalam hari-hari yang kering.
Aku seperti keluar dari rentang waktu dan melompati sejumlah kenangan di pagi hari. Berlari kencang mengikuti arah jalan pulang. Dengan uraian senyummu dan semua yang mengelilingi di sekitar kita. Pada ruangan yang sama. Semua berputar begitu hebat. Lalu aku melihat semuanya. Di sudut ruangan aku ikut bertepuk tangan di deretan penonton yang bersuara riuh rendah menjadi saksi dari peristiwa bersejarah di hidupmu. Dalam senyum dan bahagia yang seolah-olah ada.
Kau masih dengan senyum yang sama, tersenyum padaku. Berbahagia.
Cirebon, 2 Okt 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI BUKU: HUJAN MERAH JAMBU

Ari-Ari Lengket

TIPS JADI JUTAWAN DARI DESAIN GRAFIS