Pelukisku

Matahari sudah bertugas menyinari siangku begitu panjang. Mungkin ingin istirahat sejenak dan akhirnya mendung datang. Membawa banyak kenangan ketika musim hujan dimulai.
Ruangan ini mulai terlihat aneh. Penuh dengan gambar dan warna tak karuan. Lukisan-lukisan dari cat murahan yang kau beli di pasar seni. Ditumpahkan di atas dinding yang diam. Dengan bahagia kau mulai menodai tembok bercat putih kusam dengan bentuk-bentuk pesawat ruang angkasa, bintang-bintang, bunga, sungai, dan lain-lainnya.
Segala yang kau lihat tumpah ruah dalam kanvas kaku disini. Warna yang segar mengantarkan aku pada bau cat yang menyengat. Kau menyelesaikannya sampai cat habis. Kering. Dan ingin membeli lagi sejumlah warna yang baru. Untuk membaur dengan kawan-kawannya yang sudah kering di atas ruas-ruas tembok besar.
Aku hanya menyimak. Memperhatikan yang kau buat. Semuanya. Warna-warna, serta lekukan-lekukan dalam. Imajinasimu menari-nari di mataku. Kuputuskan untuk membiarkanmu menjadi pelukis di masa depan. Maka aku akan membiarkanmu mencoreti semua dinding di rumah ini.
Hari ini membuatmu lelah.
Kau tidur pulas dalam pangkuanku. Kunyanyikan dongeng tentang sang pelukis dan kau menyimaknya dengan semangat. Aku berkata: “Akan kubiarkan kau menjadi pelukis, akan kubiarkan imajinasimu melayang sampai langit dan laut terdalam. Aku mencintaimu, sayang.” Dan kau tersenyum sebelum tidur. Dan kukatakan kalimat yang sama setiap malam.
Kau akan semakin mempesona jika kau berhasil menjadi pelukis. Maka aku akan membiarkan angan-anganmu menemui Tuhan dan Ia akan menunjukmu sebagai pelukis untuk menunjukkan keagungan-Nya.
Selamat tidur sayang. Lelakiku yang akan menjadi pelukis terbaik. Ibu mencintaimu.
Cirebon, 1 Okt 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI BUKU: HUJAN MERAH JAMBU

Ari-Ari Lengket

TIPS JADI JUTAWAN DARI DESAIN GRAFIS