RAHASIA (EPS. 6)


Ponsel Preu berdering panjang. Setelah melihat layar ponsel, Preu bergerak menjauhi meja makan. Ia terlihat bicara serius dengan seseorang. Sora menghentikan gerakan tangannya, berusaha mendengarkan percakapan Preu. Tapi percuma, ia tak mempu menangkap suara pembicaraan Preu dengan si penelepon.

Sora kembali menyendok makanannya ketika Preu selesai menerima telepon.

"Siapa?" Tanya Sora tak sabaran.

Preu kembali duduk di bangkunya. "Orang dari kantor pusat," tangannya kembali menggerakkan sendok dan garpu di atas piring. "Kayaknya besok aku harus ke luar kota, So." Suaranya agak tersendat.

Sora menegakkan kepalanya demi mendengar kabar itu. Bibirnya mengatup seperti tak percaya.

"Kenapa mendadak? Biasanya dua atau tiga hari sebelumnya sudah ada pemberitahuan." Suara Sora tampak kecewa karena Preu sudah berjanji akan menemaninya ke acara reuni kampus.

"Jadi... ehm... sebetulnya yang seharusnya berangkat itu Ran. Tapi mendadak dia kecelakaan motor, jadi aku harus menggantikan dia," jawab Preu agak gugup.

"Berapa hari?" Sora menatap piringnya sambil mengaduk-aduk makanan.

"Mungkin dua atau tiga hari." Jawab Preu cepat.

Sora mengangguk, "oke, nanti kusiapkan barang-barangmu."

"Maaf, ya, Sayang." Preu mencium punggung tangan Sora.

"No problem," Sora balas menggenggam tangan Preu.

***

Dua minggu terakhir Preu sering tak menepati janjinya. Ia sibuk sekali di kantor dan sering pulang malam. Sebenarnya Sora sama sekali tak mempermasalahkannya, hanya saja ponsel Preu juga sering sulit dihubungi.

Sora jadi merasa kesepian di rumah. Kalau Preu tak bisa dihubungi, ia akan menunggui kafe hingga malam. Seperti malam ini.

"Ibu nggak pulang?" Tanya Lim.

Sora menggeleng. "Suami saya lagi ke luar kota. Di rumah sepi," tangannya sibuk menulis sesuatu di atas kertas.

Di kafe, Sora lebih terhibur karena masih ada karyawan yang bisa diajaknya berbincang. Atau biasanya jika kafe ramai, ia turut membantu di dapur atau pantry.

***

Sora senang bukan main, Preu menghubunginya di hari kedua.

"Hai, Sayang," sapanya riang.

"Kamu kenapa sulit sekali dihubungi?" Sora pura-pura merajuk.

"Maaf, maaf. Padat sekali jadwal di sini."

"Kamu nggak kangen aku?"

"Kangen sekali, Princess."

Sora tertawa, "kapan pulang Preu?" Tanyanya kemudian.

"Besok, Sayang. Nanti aku kabari lagi, ya."

"Kamu jangan lupa makan, hati-hati di sana." Pesan Sora.

"Iya, kamu juga."

Setelah berbalas kata-kata mesra, Preu mengakhiri sambungan telepon. Hati Sora berbunga-bunga. Ia akan mempersiapkan sesuatu untuk menyambut kedatangan sang suami.

***

Tangan Sora bergerak lincah memilih bahan makanan yang berjajar rapi di rak sayuran. Ia sengaja pulang cepat dan langsung berbelanja di supermarket. Preu akan sampai di rumah pukul delapan. Sora akan memasak makanan kesukaan Preu untuk menyambut kedatangannya.

"Sora," seorang lelaki menyapanya.

"Hai Ran," balas Sora. "Sudah sembuh?" Tanya Sora polos.

"Eh, memangnya aku sakit apa, So?" Ran mendadak bingung.

Wajah Sora berubah kikuk. "Oh, apa kamu baik-baik saja?" Sora memastikan. Kalimatnya meluncur ragu-ragu.

"Aku sehat-sehat saja, So." Ran tersenyum, "mungkin kamu salah informasi." Katanya cepat.

Ran kemudian pamit ke rak lain. Sora menggigit bibirnya. Kalau Ran baik-baik saja, itu artinya Preu bohong, batinnya.

Kenapa Preu harus bohong?

Sora cepat-cepat menghubungi nomor Preu. Terdengar nada sambung, tapi tak kunjung di jawab. Sekali lagi Sora menekan tombol hijau, kembali terdengar nada sambung yang sama. Lagi-lagi tak ada jawaban.

Jantung Sora berdebar. Perasaan tak enak mengalir deras dalam batinnya. Bayangan noda di pakaian Preu, ponsel yang sulit dihubungi, hingga adegan saat suaminya menjawab telepon sambil menjauhinya kembali berkelebatan.

Preu, dimana kamu sekarang?

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI BUKU: HUJAN MERAH JAMBU

Ari-Ari Lengket

TIPS JADI JUTAWAN DARI DESAIN GRAFIS