Selamat Malam Luka
Sumber gambar : pinterest.com |
Selamat malam luka.
Di ujung jalan itu kamu pergi. Menanggalkan
status resmi kita. Berjalan ke arah yang tak tentu. Entah ke mana. Tangismu tak
kunjung menyembuhkan luka yang kita buat. Berdasar perih yang terus kamu
pendam.
Beberapa bulan tak ada
pembicaraan. Seolah semua berjalan baik-baik saja. Sampai ketika aku
menemukanmu menangis tanpa suara. Di ujung jalan itu. Buncah seluruh beban yang
kamu tanam dalam hati. Menepis semua rasa cinta yang pernah ada. Dalam balutan
gaun yang anggun, mata dan hatimu jauh berbeda. Mereka menyimpan sebuah misteri
yang selama ini tak kusadari. Waktu berjalan dan membiarkanku menjadi seorang
yang bodoh.
Anak mami!
Aku terlalu takut hidup berdua
denganmu. Selalu berlindung di balik ibuku sebagai alasan. Memandang kamu tak
bisa hidup serba kesulitan dengan penghasilanku yang pas-pasan. Perlahan-lahan,
kamu kesulitan bernapas di rumah itu. Tanpa kusadari aku telah mencekikmu
dengan tanganku sendiri. Hidupmu dalam rasa sungkan setiap hari.
“Aku akan ikut di mana pun kamu
tinggal. Hidup dalam balutan keringatmu sendiri. Jika aku harus membantu, aku
rela. Asal aku terhormat sebagai istrimu di rumah sendiri.”
Kalimat terakhirmu menusukku
dalam bisu. Kamu berlalu di bawah gerimis yang kelabu. Dalam balutan gaun yang
anggun, kamu menghempasku dengan seluruh luka-luka itu. Aku luruh. Memandangi trotoar
sepi nan kusam. Langkahmu masih terlihat. Menunduk dalam diam.
Menjauh… menjauh… menjauh…
cerita yg kelabu
BalasHapusOhh luka..
BalasHapus