SALAH LIHAT

Gemericik air yang keluar dari kran retak di kamar mandi memberi ritme kehidupan tersendiri di rumah ini. Air PAM yang hanya menyala saat malam menemani hari-hari menulisku di sini. Meski air yang keluar kecil, air yang ditampung dalam lima ember besar ini mampu memenuhi kebutuhan air minum, mandi, hingga mencuci lima orang anggota keluarga dalam satu hari.

Dalam hening malam yang ditingkahi dengkuran anggota keluarga yang sudah terlelap, penaku menari lincah di atas kertas. Alam pikirku menerobos khayalan yang terbang bebas saat tinta hitam pulpen bertuliskan Pilot membentuk rangkaian huruf-huruf berfrasa renyah. Setidaknya untuk memuaskan hasrat berkhayalku, tulisan-tulisan ini membuktikan eksistensiku dalam dunia literasi.

Meja kayu kecil di dapur yang berfungsi sebagai tempat menyimpan makanan akan beralih fungsi untuk tempatku menulis di malam hari. Satu-satunya meja yang masih bisa menopang tanganku saat menulis.

Sebuah selebaran lusuh kutemukan di lantai dapur, bekas bungkusan cabai. Meski sudah kusut, tulisan-tulisan di dalamnya masih jelas terbaca. Aku membacanya baik-baik. Informasi perlombaan menulis dengan hadiah menggiurkan membuatku tertarik mengikutinya. Kusimpan lembaran itu dengan menyelipkannya di salah satu buku catatanku. Sebenarnya aku sempat ragu dengan kemampuan menulisku, tapi kuberanikan diri untuk membuktikan juga pada keluarga, terutama Ibu dan Bapak, bahwa aku memang memiliki passion dalam dunia menulis.

***

Tulisanku untuk perlombaan menulis dengan tema Hari Kartini sudah rampung. Selanjutnya aku perlu mengetikkannya di komputer dan mencetaknya sesuai dengan ketentuan lomba. Kenyataannya tidak ada benda bernama komputer di rumahku. Artinya aku harus pergi ke rental komputer di ujung gang untuk mengetik dan mencetak tulisanku.

"Bu, bagi duit, dong." kepalaku melongok di pintu dapur.

"Buat apa?" tanya Ibu tanpa mengalihkan pandangan dari dandang besar yang sedang mengepul di atas kompor kayu.

"Buat rental komputer," tubuhku kini bersandar di dinding samping pintu.

"Mau ngapain di sana? Buang-buang duit aja," Ibu menoleh sebentar.

"Mau ngetik naskah buat lomba, Bu," aku mendekati Ibu. "Hadiahnya lumayan, lho, Bu. Bisa buat beli seragam barunya Pian sama sepatu Ucu yang udah jebol." lanjutku bersemangat.

Ibu melirik. "Berapa?" tanya Ibu beberapa detik kemudian.

"Lima ribu aja." Jawabku cepat.

Tanpa banyak cakap aku berlari ke rental komputer di ujung gang setelah mengantongi uang lima ribu rupiah dari Ibu. Setelah memilih salah satu bilik komputer yang kosong, aku mulai mengetikkan naskah. Selama hampir tiga puluh menit bergulat dengan layar dan papan tombol komputer, membaca ulang dan memperbaiki penulisan yang belum benar.

Usai menyelesaikan pengetikan naskahku, aku meminta penjaga rental untuk mencetakkan naskahku.

"Rentalnya tiga ribu, nge-print-nya dua ribu lima ratus. Jadi lima ribu lima ratus semuanya." Kata penjaga rental bermata sayu.

"Duh, kurang lima ratus, Bang." aku menggaruk kepala menatap uang lima ribu di tangan. "Segini dulu, ya. Nanti saya balik lagi." aku mengulurkan tangan.

"Ya udah," si penjaga rental melambaikan tangan.

Mungkin aku bisa mencari recehan di kolong lemari atau meja rumah.

***

Aku berjalan riang menyusuri trotoar sempit karena pedagang kaki lima memenuhi badan trotoar. Sesekali kakiku menghindari lubang-lubang kecil trotoar. Hari itu naskah berjudul Balada Cabe-Cabean kukirimkan pada panitia lomba. Tak sabar rasanya menanti pengumuman pemenang lomba. Perasaan optimis merayapi batin. Bayangan seragam dan sepatu baru untuk Pian dan Ucu sudah tertangkap di dalam benakku.

***

Nyatanya aku tak akan pernah memenangkan lomba itu karena salah melihat angka tahun dalam selebaran tersebut.


#30DWC
#Day20
#OneDayOnePost

Komentar

  1. The 13 Best Casino Hotels and Casinos in Washington DC
    Best Casino 익산 출장샵 Hotels 거제 출장안마 and Casinos · Harrah's Resort Atlantic 제주도 출장마사지 City · Harrah's Resort Atlantic City · Caesars Atlantic City Hotel 계룡 출장마사지 & Casino · Harrah's 안성 출장안마 Resort

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI BUKU: HUJAN MERAH JAMBU

Ari-Ari Lengket

TIPS JADI JUTAWAN DARI DESAIN GRAFIS