CALON AYAH
Wid melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Ini sudah lebih dari satu jam Wid menunggu kedatangan Amar. Tapi pria itu belum juga kelihatan barang hidungnya. Perlahan Wid bangkit dari kursi, berjalan tertatih sambil memegangi apa saja yang bisa digunakan sebagai penopang tubuhnya. Perut yang sudah membesar membuat wanita itu agak sulit berjalan. Hari itu Amar berjanji memgantarnya memeriksakan kandungan ke dokter sebelum hari persalinan tiba, sekitar satu minggu dari sekarang.
Wid merogoh ponsel di tas untuk menghubungi Amar. Tapi yang dihubungi tak menjawab sambungan telepon darinya. Sekali lagi. Hasilnya masih sama. Wid menghembuskan napas. Gelisah mulai menggerayangi perasaannya. Jam tangan sudah menunjukkan jadwal praktek dokter kandungan Wid sudah dimulai. Rasanya kemungkinan untuk mendapatkan nomor antrean di waktu yang bersamaan dengan jadwal praktek sangat kecil. Antara kesal dan cemas, akhirnya Wid hanya bisa menunggu. Ia tak bisa menghakimi suaminya berdasarkan prasangkanya sendiri.
Sepuluh menit kemudian Wid memutuskan untuk mengganti pakaian. Daster longgar adalah pakaian paling nyaman saat hamil besar seperti ini. Setelahnya Wid masih sempat kembali menghubungi Amar, tetapi masih dengan hasil yang sama. Tak ada jawaban.
***
Di tempat lain, Amar tengah menyambangi sebuah karaoke ternama bersama kawan-kawannya. Alunan musik kencang di dalam ruangan membuatnya abai terhadap ponsel yang sejak tadi berdering. Goyangan genit dua orang pemandu karaoke membuatnya lupa tugasnya hari itu untuk mengantar Wid memeriksakan kandungan ke dokter. Calon ayah baru itu tak tahu jika lima menit yang lalu Wid terpeleset di kamar mandi dan tengah meregang nyawa karena perdarahan hebat.
#30DWC
#Day21
#OneDayOnePost
Wid merogoh ponsel di tas untuk menghubungi Amar. Tapi yang dihubungi tak menjawab sambungan telepon darinya. Sekali lagi. Hasilnya masih sama. Wid menghembuskan napas. Gelisah mulai menggerayangi perasaannya. Jam tangan sudah menunjukkan jadwal praktek dokter kandungan Wid sudah dimulai. Rasanya kemungkinan untuk mendapatkan nomor antrean di waktu yang bersamaan dengan jadwal praktek sangat kecil. Antara kesal dan cemas, akhirnya Wid hanya bisa menunggu. Ia tak bisa menghakimi suaminya berdasarkan prasangkanya sendiri.
Sepuluh menit kemudian Wid memutuskan untuk mengganti pakaian. Daster longgar adalah pakaian paling nyaman saat hamil besar seperti ini. Setelahnya Wid masih sempat kembali menghubungi Amar, tetapi masih dengan hasil yang sama. Tak ada jawaban.
***
Di tempat lain, Amar tengah menyambangi sebuah karaoke ternama bersama kawan-kawannya. Alunan musik kencang di dalam ruangan membuatnya abai terhadap ponsel yang sejak tadi berdering. Goyangan genit dua orang pemandu karaoke membuatnya lupa tugasnya hari itu untuk mengantar Wid memeriksakan kandungan ke dokter. Calon ayah baru itu tak tahu jika lima menit yang lalu Wid terpeleset di kamar mandi dan tengah meregang nyawa karena perdarahan hebat.
#30DWC
#Day21
#OneDayOnePost
Ini salah mbak Agil.
BalasHapusAmar itu anakku, bukan suamiku
Ahahahaha
Loh bisa pas gitu ya haha
HapusNanti suamiku tak ku izinkan pergi kalo lagi hamil oppps hahahaha
BalasHapusIni nihhh, saya paling ndak bisa menggambarkan nuansa rumah tangga .. hihih. Tak belajar ahhhh
BalasHapus